Berita

Refleksi Budaya Desa Biangung dan Desa Giyanti, Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka

Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo berdiskusi mengenai refleksi Budaya di Desa Binangun dan Desa Giyanti, Wonosobo.

Mahasiswa berdiskusi secara langsung dengan bapak Sarno Kusnandar selaku Tokoh Masyarakat Penghayat Kepercayaan Tunggu Sabda Jati Kabupaten Wonosobo.

Menurutnya, Islam masuk ke tanah Jawa  dalam keadaan penduduknya telah memiliki tradisi dan budaya yang berupa kepercayaan adanya kekuatan pada benda-benda tertentu (Dinamisme), adanya kekuatan pada arwah orang yang meninggal (Animisme) dan kepercayaan adanya kekuatan pada binatang-binatang (Totemisme).

“Tradisi ini telah diwariskan secara turun temurun, ia diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.  Maka ketika Islam datang, keyakinan dan kepercayaan ini melebur ke dalam budaya Islam. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Sinkretisme Islam, yaitu akulturasi budaya Islam dengan tradisi lokal. Di antara bentuk akulturasi budaya lokal (Jawa) dengan Islam adalah tradisi yang dianut oleh komunitas Islam Aboge di Jawa.” Ungkapny.

Komunitas ini  melaksanakan tradisi-tradisi Jawa dengan dibumbui tradisi Islam, maka munculah Islam dengan cita rasa lokal (Islam Lokal). Kekhasan dari komunitas  ini lainnya adalah masih digunakannya model Penanggalan Islam Jawa (Penanggalan Aboge (Alip Rebo Wage)) untuk menetapkan awal Ramadhan, Hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha.

Penggunaan penanggalan ini mengakibatkan ibadah puasa, perayaan Idhul Fitri dan Idhul Adha yang mereka rayakan selalu berbeda dengan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Wonosobo merupakan daerah pusat peradaban Jawa. Pusat sejarah nusantara bermula dari Dieng yang sebagian masuk wilayah Wonosobo. Sejarah nusantara di masa lalu bisa dilacak dari peradaban Jawa yang diawali di Dieng

"Kegiatan ini dilaksanakan sebagai perwujudan modul kebhinekaan, dimana mahasiswa juga diajak ke studi lapangan untuk mengenal studi sejarah dan budaya Dieng dan Wonosobo umumnya. Mengunjungi kampung kebhinekaan dan toleransi di Giyanti Kadipaten Selomerto, Sruni Jaraksari dan Buntu Kejajar. Ada juga ziarah ke makam sesepuh dan kunjungan ke tempat ibadah," ungkap H. Ahmad Hafidz, S.Ag selaku dosen pendamping.